NYI SUBANG LARANG


NYI SUBANG LARANG


Sebagai sosok historis, keberadaan Nhay Subang Larang cukup penting dalam perjalanan sejarah sosial, relegi, dan politik di Tatar Sunda di kemudian hari. Kejayaan Pajajaran diganti oleh kehadiran Kesultanan Cirebon dan Banten, di mana sosok Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, cucu Subang Larang, merupakan tokoh kunci dari segala perubahan yang terjadi di Jawa bagian barat, yang dimulai pada abad ke-15, hingga kini.

Nyi Subang larang yang bernama asli Kubang Kencana Nigrum adalah anak hasil dari pernikahan dari Ki Gendeng Tapa dan Nyai Andarwati Ratna Keranjang Yang lahir pada 1404 M , Masa kecil beliau tinggal Nagari Singapura. Nagari Singapura merupakan pecahan Nagari Wanagiri Besar yang dirajai Prabu Indraprahasta, termasuk kekuasaan Galuh. Ibunya bernama Nyai Andarwati Ratu Karanjang, putri Ki Gedeng Kasmaya penguasa Wanagiri, yang masih saudara dari Prabu Anggalarang. Oleh penguasa Surantaka Ki Gedeng Surawijaya Sakti, Ki Gedeng Tapa alias Ki Gedeng Juman Janti diangkat menjadi syahbandar pelabuhan Muara Jati.

Pada 1416 M , Nyai Subang Larang yang berusia 12 tahun, bersama Ki Dampu Awang ( Ma Huan, sekretaris Zheng He (laksamada Cheng Ho) yang datang ketanah Muara Jati karena hendak membeli perbekalan untuk melanjutkan perjalanan “muhibah”-nya ke Majapahit. Lalu Ma Huan menikah dengan Nhay Rara Ruda, saudara Ki Gedeng Tapa dan dapat menggelar Ki Dampu Awang ) , Nhay Rara Ruda (istri Dampu Awang, saudara Ki Gedeng Tapa), dan Nhay Aci Putih (putri Dampu Awang-Rara Ruda) pergi berlayar ke Malaka. Mereka berada di Malaka selama 2 tahun, lalu kembali ke Muara Jati tahun 1418.

Bertepatan dengan kedatangan Subang Larang, pada 1418, tiba pula seorang ulama Islam bernama Syekh Hasanuddin bin Yusuf Sidik yang menumpang perahu dagang dari Campa (kini termasuk wilayah Vietnam dan sebagian Kamboja). Syekh Hasanuddin pun kemudian akrab dengan Ki Gedeng Tapa, syahbandar Muara Jati. Mungkin, saat inilah Ki Gedeng Tapa memutuskan untuk memeluk Islam.
Karena ada larangan untuk berdakwah oleh penguasa Galuh (di Kawali, Ciamis) yakni Prabu Angga Larang alias Prabu Dewata Niskala, putra Niskala Wastukancana, cucu Prabu Linggabhuwana yang gugur di Bubat, Syekh Hasanuddin mohon ijin ki Gendeng Tapa untuk melanjutkan perjalanannya ke Kerawang, disaat inilah Nyai Subang Larang dititipkan ke Syekh Hasannudin untuk mendalami agama islam di Malaka. 
Perjalanan pun dimulai. Setelah memasuki Laut Jawa, kemudian rombongan memasuki muara Sungai Citarum yang ramai dilayari oleh perahu para pedagang yang memasuki wilayah Pajajaran.

Kedatangan rombongan ulama besar ini disambut baik oleh petugas Pelabuhan Karawang dan diizinkan untuk mendirikan musola untuk belajar mengaji dan tempat tinggal. Syekh Hasanudin yang menganut Mazhab Hanafi, menamai pesantren yang terletak di Pura, Desa Talagasari, Karawang, tersebut sebagai Pesantren Quro—maka itu ia lebih dikenal dengan nama Syekh Quro. Subang Larang belajar di situ selama dua tahun. Tahun 1420 ia kembali ke kampung halamannya di Singapura.

Pada tahun 1420 ini pun, datang seorang ulama dari Baghdad bernama Syekh Datik Kahfi alias Syekh Idofi bersama pengiringnya yang berjumlah 12 orang, yang terdiri atas 10 pria, 2 wanita. Syekh ini pun lalu berteman baik dengan Ki Gedeng Tapa. Permintaan Syekh Datuk Kahfi untuk menetap di Pasambangan yang terletak dekat Muara Jati, direstui oleh Ki Gedeng Tapa. Di tahun selanjutnya, Syekh Datuk Kahfi memiliki nama lain, yaitu Syekh Nurul Jati. Ia menetap di sini hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di Giri Amparan Jati atau Gunung Jati.
Menikah dengan Raden Pemanah Rasa (Prabu Siliwangi)

Berita tentang dakwah Syeh Hasanuddin di pelabuhan Karawang rupanya terdengar kembali oleh Prabu Angga Larang, yang dahulu pernah melarang Syekh Quro melakukan kegiatan yang sama di pelabuhan Muara Jati, Cirebon. Sang Prabu segera mengirimkan utusan yang dipimpin oleh sang putra mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa untuk menutup Pesantren Syekh Quro.

Pangeran Pamanah Rasa berganti nama menjadi Pangeran Pamanah Sari untuk menaklukan Syekh Quro ( yakni Syekh Hasanuddin bin Yusuf dari bani Husain cucu Nabi Saw. ) atas perintah ayahandanya Prabu Anggalarang , namun waktu mau menyerang ke pesantren Quro yang berada di karawang milik Syekh Quro, Pangeran Pamanah Sari mendengar Alunan Bacaan Al-Qur`an yang merdu sekali , sehingga penyeranganpun dibatalkan akhirnya Pangeran Pamanah Sari menyelidiki siapakah gerangan yang telah membaca Al-qur`an itu ? ternyata setelah diselidiki yang membaca Al-Qur`an itu seorang Gadis yang Cantik Jelita , sehingga Pangeran Pamanah Sari terpikat oleh kecantikannya , kemudian Pangeran Pamanah Sari mendatangi Syekh Quro untuk melamar Gadis Cantik Jelita itu, yang tadinya bertujuan menyerang jadi berbalik haluan menjadi bentuk pelamaran, namun Syekh Quro menyarankan agar mendatangi ayah aslinya yang bernama ki Gedeng Tapa,beberapa hari kemudian Pangeran Pamanah Sari meminta kepada ki Gendeng Tapa membawa putrinya untuk dinikahi oleh Pangeran Pamanah Sari, penawaran itu sudah diserahkan semuanya kepada Syekh Quro sebab Nyi Subang Larang sudah menjadi putri angkatnya Syekh Quro.

Pangeran Pamanah Sari datang lagi ke Syekh Quro. Setelah sampai ditempatnya Syekh Quro, Pangeran Pamanah Sari berbicara hanya pokok masalah penting saja, yaitu tentang mau menikahi Nyimas Subang Larang, Syekh Quro menerima lamaran Pangeran Pamanah Sari namun dalam masalah itu Syekh Quro meminta syarat yang harus di penuhi dan dilakukan yaitu ada 3 syarat :
Yang pertama harus masuk islam, yang kedua harus belajar ngaji, yang ketiga harus berangkat dulu ke haji, itulah 3 syarat yang diberikan oleh Syekh Quro kepada Pangeran Pamanah Sari.

Pangeran Pamanah Sari Kebingungan dengan persyaratan tersebut karena terlalu berat buat beliau karena beliau dari agama Hindu, tetapi karena ada yang ingin dicapai oleh Pangeran Pamanah Sari maka Pangeran Pamanah Sari memutuskan untuk menerima 3 syarat tersebut dan Syekh Quro berjanji menentukan waktu untuk mengislamkan Pangeran Pamanah Sari yaitu satu hari setelah Pangeran Pamanah Sari menyanggupinya, tidak terlalu lama waktu yang ditunggu telah tiba. Pangeran Pamanah Sari siap untuk di Islamkan, beliau datang kepada Syekh Quro untuk di Islamkan ketika sampai ke tempatnya Syekh Quro. Semua orang dikumpulkan ke dalam ruangan, ki Gendeng Tapa menyaksikan Pangeran Pamanah Sari di Islamkan, tidak terlalu lama Pengeran Pamanah Sari diberikan janji oleh Syekh Quro sambil memegang tangannya dengan mengucapkan dua kalimah Syahadat ( Syahadatain ) setelah selesai membaca Syahadat kemudian dicukur Rambut kekufurannya dan mandi masuk Islam kemudian disunat dan Pangeran Pamanah Sari dianggap sah menjadi muslim, seminggu kemudian Pangeran Pamanah Sari langsung menjalankan syarat yang kedua yaitu belajar ngaji.

Syekh Quro langsung mengajarkan, siang malam Pangeran Pamanah Sari belajar ngaji dengan Syekh Quro, karena ingin bisa serta ingin cepat mengejar pada syarat yang ketiga, tidak lama kemudian setelah 5 bulan Pangeran Pamanah Sari bisa ngaji seperti membaca huruf arab, sholat, dan pemikiran Islam seperti apa artinya Islam, semua ilmu agama islam telah diserapnya.
Syekh Quro bingung dan heran Pangeran Pamanah Sari bisa belajar dengan cepat, padalah sampai tingkatan semua itu, bisa butuh waktu sekitar dua atau tiga tahun. Pangeran Pamanah Sari langsung meminta syarat yang ketiga yaitu naik haji, Syekh Quro langsung menyiapkan Pangeran Pamanah Sari sebab Pangeran Pamanah Sari mau dibawa ke Arab yaitu ke Mekah tampat orang naik Haji, beliau dikasih tahu dulu oleh Syekh Quro harus itikaf, berdiam diri di Mekah selama empat puluh hari.

Pangeran Pamanah Sari Berangkat ke Haji

Setelah Syekh Quro menjelaskan, Pangeran Pamanah Sari mengerti dan menyanggupi, pada malam itu juga Syekh Quro membawa Pangeran Pamanah Sari ke Mekah. Pangeran Pamanah Sari berangkat ke Mekah di bawa terbang oleh Syekh Quro sampai ke Mekah membutuhkan waktu satu malam, berangkat malam sampai subuh tiba di Mekah langsung sholat shubuh, setelah sholat subuh Syekh Quro dengan Pangeran Pamanah Sari istirahat dulu, setelah istirahat langsung melaksanakan ibadah haji sejak pertama melaksanakan sholat berjamaah sampai amalan-amalan yang diajarkan oleh Syekh Quro diamalkan, sehari penuh berkeliling Kabah.

Pangeran Pamanah Sari kebingungan kenapa dirinya jadi begini, sudah beberapa hari Pangeran Pamanah Sari ada perubahan dalam dirinya sedikit-sedikit dosa dan kajadian-kajadian oleh beliau yang dialami seperti nyata kelihatan nampak seperti mimpi buruk atau jelek, Pangeran Pamanah Sari sampai menangis habis-habisan di depan Kabah. Semenjak itu Pangeran Pamanah Sari percaya Islam dan percaya adanya Allah, empat puluh hari tidak terasa sudah berlalu Pangeran Pamanah Sari dibawa pulang oleh Syekh Quro setelah sampai kembali ke tempat, banyak yang berkumpul menunggu yang pulang dari haji.

Malam itu juga Syekh Quro dengan Pangeran Pamanah Sari sudah sampai ditempat, pulang dari haji. Karena malam itu sudah pada lelah tidak terlalu lama setelah mengobrol lalu istirahat.
Ayam sudah bekokok yang artinya waktu sholat subuh, Pangeran Pamanah Sari yang biasanya bangun pagi setelah mata hari bersinar, tetapi sekarang masih gelap juga sudah bangun untuk sholat subuh dengan Syekh Quro, setelah sholat subuh Pangeran Pamanah Sari melanjutkan Wirid dan dzikir sampai matahari terbit.

Setelah selesai wirid dan Dzikir , Pangeran Pamanah Sari ditanya oleh Syekh Quro dalam masalah pernikahannya dengan Nyai Subang Larang, dari situ Pangeran Pamanah Sari ingin bicara dulu kepada semuanya, karena sebelumnya beliau ada niat hati yang jelek, setelah belajar dengan Syekh Quro, Pangeran Pamanah Sari mengalami banyak perubahan dalam dirinya dan tahu mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang salah, oleh karena itu Pangeran Pamanah Sari menjelaskan yang sebenarnya bahwa dia yang sebenarnya adalah Raja di Kerajaan Pajajaran, setelah di jelaskan ada yang terkejut, ada yang langsung menyembah dan sebagainya, tetapi Syekh Quro biasa saja karena sudah tahu dari awalnya juga, tidak ada yang membuat marah satupun malahan senang Pangeran Pamanah Sari berterus terang.

Dikarenakan Syekh Quro sudah berjanji kepada Pangeran Pamanah Sari dalam syarat yang ketiga yaitu menikahkan Nyimas Subang Larang dengan Pangeran Pamanah Sari. Pangeran Pamanah Sari langsung gembira mendengar perkataan Syekh Quro, semua yang ada disitu terus memastikan atau menentukan hari-harinya untuk pernikahan yang baik, Itu semua diserahkan kepada Syekh Quro yang lebih mengetahui waktu yang baik. Tidak lama waktu sudah ditentukan oleh Syekh Quro, ada waktu tiga hari untuk mempersiapkannya. Waktu tiga hari terasa cepat tidak disangka-sangka Pangeran Pamanah Sari menikah juga dengan Nyimas Subang Larang, pada hari itu pesta besar dilaksanakan, namun hanya dipenuhi oleh para santri Syekh Quro saja dari pertama sampai akhir ( yakni tanpa memberitahukan ayahandanya dan rakyat pajajaran ).setelah menikah, Subang Larang diboyong ke istana Galuh oleh Pamanah rasa. Baru, setelah Pamanah Rasa dilantik menjadi Raja Pajajaran di Pakuan bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Ratu Dewata (tertulis pada Prasasti Batu Tulis), menggantikan uwaknya sekaligus mertuanya, Susuk Tunggal, pada 1447 M, maka Subang Larang pun menetap di Pakuan, bersama istri-istri Sang Prabu yang lain.

Selain beristri Subang Larang, Raden Pamanah Rasa menikahi pula Nhay Ambet Kasih (Ngabetkasih), putri Ki Gedeng Sedhang Kasih. Jadi, Ambet Kasih merupakan sepupu Subang Larang sendiri. Pernikahan ini membuat Ki Gedeng Sedhang Kasih—yang juga paman Pamanah Rasa—memberikan daerah Sindang Kasih (sekarang termasuk Kecamatan Beber, Cirebon) kepada Raden Pamanah Rasa. Sindang Kasih ini terletak 15 km arah selatan dari Surantaka. Kemungkinan besar, Nagari Surantaka disatukan ke dalam wilayah Singapura oleh Pamanah Rasa.

Raden Pemanah Rasa atau Prabu Siliwangi memiliki istri lain bernama Nyai Aciputih, putri Ki Dampu Awang. Yang menjadi permaisuri Sri Baduga adalah Kentring Manik Mayangsunda, keponakannya sendiri, putri Susuktunggal. Pernikahannya dengan Kentring Manik membuahkan putra bernama Surawisesa.
Pasangan Sri Baduga – Subang Larang memiliki tiga orang anak, yakni Walangsungsang, Lara Santang, dan Raden Sengara. Diperkirakan, ketika putra-putri telah berusia di atas 17 tahun, Subang Larang meninggal dunia.

Silsilah Nyi Larang Subang



1 comment:

Unknown said...

,,.,KISAH NYATA ,
Aslamu alaikum wr wb..Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Bismillahirrahamaninrahim,,senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman2 melalui room ini, sebelumnya dulu saya adalah seorang pengusaha dibidang property rumah tangga dan mencapai kesuksesan yang luar biasa, mobil rumah dan fasilitas lain sudah saya miliki, namun namanya cobaan saya sangat percaya kepada semua orang, hingga suaatu saat saya ditipu dengan teman saya sendiri dan membawa semua yng saya punya, akhirnya saya menaggung utang ke pelanggan saya totalnya 470 juta dan di bank totalnya 800 juta , saya stress dan hamper bunuh diri anak saya 2 orng masih sekolah di smp dan sma, istri saya pergi entah kemana dan meninggalkan saya dan anakanaknya ditengah tagihan utang yg menumpuk, demi makan sehari hari saya terpaksa jual nasi bungkus keliling dan kue, ditengah himpitan ekonomi seperti ini saya bertemu dengan seorang teman dan bercerita kepadanya, Alhamdulilah beliau memberikan saran kepada saya, dulu katanya dia juga seperti saya stelah bergabung dengan KI JAMBRONG hidupnya kembali sukses, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama satu minggu saya berpikir dan melihat langsung hasilnya, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KI JAMBRONG di No 0853-1712-1219. Semua petunjuk AKI saya ikuti dan hanya 3 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah Demi AllAH dan anak saya, akhirnya 5M yang saya minta benar benar ada di tangan saya, semua utang saya lunas dan sisanya buat modal usaha, kini saya kembali sukses terimaksih KI JAMBRONG saya tidak akan melupakan jasa AKI. JIKA TEMAN TEMAN BERMINAT, YAKIN DAN PERCAYA INSYA ALLAH, SAYA SUDAH BUKTIKAN DEMI ALLAH SILAHKAN HUB KI JAMBRONG DI 0853-1712-1219. (TANPA TUMBAL/AMAN).